Bosscha dan Kebaperan Ceria

Bersama teman-teman prodi Fisika lagi ngetrip ke Bandung

Observatorium Bosscha adalah salah satu tempat peneropongan bintang yang tertua dan kerennya dia ada di Indonesia!!! Kalo dulu cuma liat di film Petualangan Sherina, akhirnya gw bisa juga menginjakkan kaki disini. Menuju tempat ini butuh perjuangan, karena bis kami ga bisa langsung menuju sana maka perjalanan dilanjutkan dengan naik angkot shayyy...

Di dalam angkot pun sempet wefie loh yaa. Hihihi
Sesampainya di kawasan Bosscha, kami disambut udara sejuk eh dinginnya kota Lembang. Suasananya asri, nampak banyak bangunan yang masih asli tetap kokoh berdiri. Setelah semua rombongan sampai, kami pun masuk ke ruangan yang sangat terkenal itu loh, tempat teleskop Zeiss. Di tempat ini gw berdecak kagum karena keaslian bangunan masih dipertahankan!

Staff yang ada disitu pun menjelaskan tentang teleskop Zeiss itu. Keren banget!!! Teleskop segede itu pengoperasiannya boleh dibilang sederhana untuk ukuran zaman now. Sederhana gimana? Cek aja video dari orang-orang disini.
Sederhana di zaman now, tapi di zaman old ini sudah menjadi hal yang sangat canggih! Kreatif dan jenius sekali mereka!!!

Seketika gw pun menjadi baper. Seperti biasa lah yaa!! Haha

Betapa hebatnya orang-orang zaman dahulu, betapa kerennya Karel Albert Rudolf Bosscha. Udah tajir, mau nyumbang buat perkembangan IPTEK pula! Yang ada di otak gw pas denger sejarah tentang Bosscha itu adalah betapa kerennya orang yang udah sukses bawa proposal  ke bapak Karel Albert Rudolf Bosscha sehingga beliau mau menjadi donatur, padahal beliau ga ada latar belakang orang sainsnya. Tapi salut sama kepeduliannya dan kemurahan hatinya.

Jangan tanya darimana dan kok gw bisa mikir ampe soal proposal (yakali jaman dulu dibuat proposal kali ah), yang pasti kalo gw udah baper, bisa jadi gitu. Kalo udah baper, mikirnya jadi jangka panjang, padahal cuma gegara lagi di Bosscha. 

Bosscha dan bapernya gw menjadikan motivasi, bahwasanya harus ada sesuatu yang kita tinggalkan. Kalo kita dapat "peninggalan" seperti itu, harus kita hargai, kita rawat baik-baik dan usahakan agar tetap terjaga kelestariannya. Bukan perkara barang peninggalannya saja, tapi nilai-nilai moral yang mungkin saja ada di dalamnya.
Luaskan pikiran, tajamkan kebaperan (eh), bahwasanya apa yang ada di sekitar kita bisa jadi pembelajaran dan motivasi agar terus menjadi lebih baik ke depannya.

Kalo kelak kita jadi orang kaya, semoga kita jadi orang kaya yang dermawan. Bukan hanya motivasi untuk jadi orang kayanya aja, tapi bisa menjadi orang kaya, berkarya dan berusaha mengumpulkan amal jariyah dengan berbuat baik kepada sesama. 
Napakin kaki di Bosscha mengajarkan gw bagaimana untuk bisa menghargai sesuatu, peka dan peduli lingkungan, menjadi pintar dan kaya tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga agar dapat memberi manfaat kepada orang-orang sekitar. Sekali berarti, sesudah itu mati ~~~
Semoga ada hikmahnya ^_^